31 July 2009

Sejarahnya

Mohon maaf kalau di blog ini artikelnya loncat-loncat. Setelah beberapa tulisan kok ya cerita sejarah baru sekarang? Maklum menulisnya berdasarkan mood lagi mau nulis apa.

Why am I stutter? Nah itu pertanyaannya. Pertanyaan yang susah menjawabnya karena saya pun nggak tau. Lagipula, setiap orang berbeda-beda. Tapi gini, bolehlah dibilang memang sudah dari sononya, bukan gara-gara ini atau itu. Seperti juga pertanyaan "mengapa saya jadi lesbian?" jawaban yang suka ada di majalah-majalah kan, karena dikecewakan oleh laki-laki. Halah! Memang sih bisa saja penyebabnya itu, tapi the most, karena emang sudah dari sononya.

Di banyak tulisan yang saya baca di internet, stutter bisa terjadi karena keturunan. Saya sepertinya enggak tuh. Orangtua saya dan saudara kandung tidak ada yang gagap. Mungkin aja ada pada nenek moyang para pendahulu saya yang terhormat, ya nggak tau juga, saya kan nggak pernah ketemu mereka.
Ada lagi artikel yang saya baca, seseorang menjadi gagap berhubungan dengan kebiasaan menggunakan tangan kanan atau tangan kiri untuk beraktivitas. Hmmm menarik nih. Dalam artikel itu katanya, seseorang yang kidal tapi dipaksa menggunakan tangan kanan itu akan mempengaruhi kerja otaknya, sehingga perintah ke syaraf pembicaraan tidak berjalan dengan baik, hasilnya gagap, atau yang lainnya. Nah, mungkin ini nih.

Teringat dulu ketika belajar nulis di TK atau kelas 1 SD, saya refleks memegang pensil dengan tangan kiri. Ketika dilihat bu guru, dia menyuruh saya memindahkan pensil itu ke tangan kanan saya. Hasilnya, huruf dan angka terbalik-balik, megangnya pun nggak enak. Ingin segera mengembalikan pensil ke tangan kiri, tapi takut. Lama-lama saya terbiasa menulis dengan tangan kanan, bu guru pun senang karena berhasil membuat murid yang hampir kidal, menulis dengan tangan kanan. Bersamaan dengan saya bisa nulis dengan tangan kanan, pelajaran-pelajaran lain pun dimulai, seperti membaca. Dan saya gagap. Masalahnya guru, orangtua dan saya sendiri tidak menghubungkan kidal dan tidak kidal dengan gagap. Kalau saat itu mereka tanggap, mungkin saja saya terhindar dari gagap. Tapi ya sudahlah, sudah berlalu juga.

Lalu apakah saya nggak jadi kidal? nggak juga, di luar menulis, untuk aktivitas lainnya, saya lebih nyaman menggunakan tangan kiri. Mustinya belajar nulis pakai tangan kiri lagi ya, sapa tau gagap saya hilang 100%. Hehehe wis kasep, nyadarnya pas udah jarang nulis tangan.

4 comments:

  1. So, you are almost an ambidexterous, Yas. How lucky you are! I wish I could write with my left hand. You know, once my right arm was injured and I couldn't move it for a few weeks. So, I typed on the keyboard shakingly with my left hand.

    Am I glad to see you write again!

    Best regards,
    Juno Bis

    ReplyDelete
  2. wow, I am not that ambidextrous, Juno, just use right dan left hand in different activity. Wah kasian pernah kehilangan fungsi tangan kanan sementara ya, moga-moga nggak terjadi lagi.
    thanks for comment. I will write again soon.

    yasmin.-

    ReplyDelete
  3. ayoo yas nulis lagi...kuyakin kamu pasti bisa...salamkenal, jabat erat dan peluk hangat buatmu yaaa

    ReplyDelete
  4. Aku akan menulis terus kok Arine, kemana lagi mau cerita selain di sini. Makasi banyak atas jabat erat dan peluk hangatnya, itu yang saya butuhkan :)

    yas

    ReplyDelete