13 May 2008

Bu Guru Galak

Waktu SMP saya punya guru galak. Ngomong sama guru apalagi galak, tentu saja saya bakal gagap. Karena itu sedapat mungkin saya menghindar ngomong sama guru, terutama bu guru yang galak ini.

Sialnya si bu guru galak ini tiap berangkat sekolah naik bis yang sama dengan yang saya tumpangi. Jadi kalau jamnya pas, saya pasti ketemu dia. Untuk mengucapkan "selamat pagi bu" rasanya nggak sanggup, pasti saya bakal gagap-gagap, jadi saya tidak pernah mengucapkan sapaan itu, saya hanya mengangguk dan tersenyum.

Tapi ternyata buat bu guru, itu saja tidak cukup. Sialnya lagi, dia tidak menegur saya langsung melainkan ngomel-ngomel di setiap kelas. Jadilah saya dicap murid tidak sopan dan disebarluaskan ke seluruh murid di beberapa kelas dan mungkin juga ke seluruh guru.

Waktu itu saya gundah gulana banget. Tapi lupa deh penyelesaiannya gimana. Saya juga lupa dapat nilai berapa di pelajaran dia. Yang jelas saya akhirnya lulus dari sekolah itu dan terbebas dari si bu guru galak.

Beberapa tahun kemudian, berlangsung reuni. Saya pikir semua orang sudah melupakan kejadian itu, ternyata satu orang murid, ya temen saya sih, masih inget dan ingatan itu diungkapkan terus menerus tiap ketemu. "Jaman SMP yang gue inget banget tuh waktu elu dicela-cela bu T.... (sensor) gara-gara lu nggak nyapa dia di bis." Anjrit!

12 May 2008

Mengapa harus ditutupi?

Kalau pertanyaan ini diajukan ke saya, mengapa gagap harus ditutupi? Jawabannya, karena memalukan. Selain itu masih ada stigma untuk orang gagap. Stigma bahwa orang yang gagap itu pasti bodoh. Padahal tidak benar begitu, tapi namanya juga stigma, agak sulit melawannya.
Daripada ada cap bodoh itu, lebih baik saya menutupi kegagapan saya.

Saya bisa menutupi gagap saya dengan berbagai cara, intinya bicara pelan-pelan dan tidak terlalu keras, serta pikir dulu sebelum ngomong. Hasilnya lumayan, walaupun setiap saya ngomong seperti ada jedanya.

Dulu, tiap saya mau ngomong diawali dengan terbata-bata yang kedengeran banget. Sekarang saya menutupinya dengan tidak bersuara, jadi berbentuk blocking gitu, diam di tengah-tengah ngomong. Makanya jadi seperti ada jedanya.

Biasanya kalau beberapa detik tidak keluar juga kata itu, maka saya nggak jadi ngomong, atau saya ambil napas trus ganti kalimat keseluruhannya, kadang-kadang jadi ganti maksud juga, tadinya mau bilang A jadi bilang B.

Memang nyebelin sih, dan masih ada kontroversi juga apakah gagap harus ditutupi (dengan risiko, maksud kita belum tentu tercapai) atau dibiarkan terdengar yang penting maksud kalimatnya tercapai diucapkan.

Saya sih tetap memilih menutupi gagap saya....soalnya gini bo' kalau dipaksakan ngomong, saya akan terlihat terbata-bata, kadang-kadang diiringi dengan gerakan-gerakan kepala menghentak-hentak gitu, lalu mata saya otomatis merem seperti orang kejang. Kalau kata-katanya benar-benar susah, suara yang keluar cuma erangan atau seperti orang mengendus gitu. Malu banget kan. Kalau lagi kelepasan terjadi juga sih hal seperti ini, dan rasanya malu banget. Nanti di posting-posting berikutnya akan saya ceritakan.

11 May 2008

Akhirnya Bikin Blog

Akhirnya saya bikin blog ini, terinspirasi blog bernama "closetstutterer" yang dibuat oleh Sophie Sacca. Saya nggak tau Sophie berkedudukan di mana, karena nggak ada keterangannya, tapi bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Posting dia berhenti pada 2007, selanjutnya nggak ada posting lagi di blog itu. Apakah dia pindah blog atau berhenti menulis, saya nggak tahu. Yang jelas blog itu menginspirasi saya untuk membuat blog ini. Cerita-cerita tentang saya sebagai gagapers yang mungkin saya bisa menjadi tambahan pengalaman atau pengetahuan buat orang lain.