03 September 2009

curhat adik

Kemarin seorang adik curhat ke saya. Bukan adik beneran, ini adik kelas. Curhat tentang percintaan, dan saya layani dengan baik. Mula-mula kami berkomunikasi secara terlulis, chatting. Lalu kami berdua merasa kurang seru kalau nggak ketemu, akhirnya kami bertemu di sebuah cafe dalam mall, dan cerita macam-macam termasuk curhatnya itu.

Saat ngobrol dengan sang adik kelas, saya banyak gagap meskipun sangat lancar. Nah lo bingung kan, lancar kok gagap? Gini, ketika saya menganggapi curhatnya saya mencurahkan seluruh kemampuan berpikir dan membuka hati seluas-luasnya, sehingga tanggapan saya bisa meringankan beban hati adikku itu. Itu yang saya anggap lancar, karena saya bisa mengungkapkan pendapat saya yang bisa dipakai atau tidak terserah si adik, tapi saya sampaikan dengan banyak kalimat. Memang gagap, tapi tetap banyak dan sepertinya sih semuanya bermutu. Boleh dibilang, makin gagap, makin apa adanya.

Di lain pihak, adik mendengarkan saya dengan serius, kata demi kata baik yang lancar maupun yang tertahan. Sesekali dia bertanya maksud saya dan diakhiri dengan kalimat: "oh gitu ya, aku ngerti sekarang, aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku udah lega. Makasih Kak."
Itulah puncak kebahagiaan saya, membuat seorang adik merasa lega dari kegundahannya.