12 December 2009

Eye Contact

Dari berbagai therapy bicara yang saya amati -- Amati lho, bukan ikuti, maklum nggak pernah ikut therapy sih -- therapist selalu menganjurkan pws untuk tetap menatap mata lawan bicara, walaupun blocking sedang menghadang. Sifat ini sebenarnya memang sudah diajarkan kepada kita oleh para orangtua, para guru dan para konsultan etiket: pandanglah mata lawan bicara Anda. Itu dikatakan sopan, saling menghargai pembicaraan masing-masing, ya kan? Nah tapi eye contact ini merupakan hal yang sulit pagi pws, atau paling tidak, sulit bagi saya. Kalau blocking, pandangan saya cenderung mblalar kemana-mana, alias jelalatan ke berbagai arah, justru menghindar mata lawan bicara. Alasannya, malu, trus semacam nggak siap melihat pandangan kasihan, kaget, merasa lucu, dll. Pasti ada reaksi yang tidak siap saya lihat.

Hmmm tapi.... entah dapet dorongan dari mana, mulai sekarang, udah beberapa hari ini sih, saya bertekad untuk tetap menatap mata lawan bicara saya meskipun saya lagi blocking. Caranya gini, ketika memulai pembicaraan dengan kata-kata yang pendek dan pelan saya mulai menatap mata lawan bicara. Pancing dulu biar dia yang ngomong duluan, saat itulah saya menatap matanya. Lalu ketika giliran saya ngomong mata saya tetap di matanya. Nah kalau kala itu blocking, bertahan....yasmin... bertahan...hehe gitu kata saya dalam hati biasanya. Biarkan saja dia melihat apa yang terjadi, gimana saya berjuang untuk mengucapkan kata-kata maksudnya. Udah abis itu nggak usah pikir apa-apa, nggak usah nebak-nebak apa yang ada di pikirannya, dsb. Gitu. Kalau ini yang saya aplikasikan, tidak jarang justru si lawan bicara itu yang memalingkan muka, hehehe... saya menang.

2 comments:

  1. kayaknya patut dicoba...thanks tuk tipsnya....
    ^_^

    ReplyDelete
  2. salam kenal mbak..izin membaca artikel2nya. :)

    ReplyDelete